Jumat, 26 September 2014

DASAR MENGAJAR MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL


Nama : riyani puspitasari 
Kelas : 3A BK
Program studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka


DASAR MENGAJAR MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Kelompok diskusi : dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam murid. Murid-murid itu mendiskusikan sesuatu bersama, misalnya pergaulan dengan orang tua, pergaulan dengan jenis yang lain, kesukaran dalam belajar. Masalah yang di diskusikan itu ditentukan oleh ahli bimbingan, untuk menolong murid ahli bimbingan dapat merumuskan satu atau dua pertanyaan yang harus di jawab oleh kelompok diskusi. Namun harus dipertimbangkan apakah murid-murid sudah mempunyai pengalaman cukup banyak untuk mendiskusikan masalah tertentu, misalnya soal baik/buruknya penggunaan bahan narkotika tidak dapat dijadikan bahan diskusi kelompok. Pembicaraan suatu masalah dalam kelompok diskusi kecil sangat berguna, karena murid masing-masing dapat mengambil manfaat dari pengalaman dan gagasan teman, pemecahan masalah yang ditemukan bersama akan di terima dengan lebih rela dari pada bila ahli bimbingan langsung mengemukakan pemecahan tertentu. Tidak semua syarat teknik berdiskusi kelompok harus diperhatikan, diskusi kelompok dalam rangka bimbingan tidak boleh menjadi terlalu formal.
Ada kemungkinan dibuat kombinasi antara pelajaran bimbingan dan kelompok diskusi. Pelaksanaannya sebagai berikut : murid membalikkan tempat duduknya, sehingga terbentuk kelompok-kelompok kecil (empat atau enam murid). Ahli bimbingan memberikan satu atau dua pertanyaan untuk didiskusikan dalam kelompok, selama murid berdiskusi ahli bimbingan berkeliling. Sesudah kurang lebih 20 menit kelompok menyerahkan laporan hasil diskusi itu kepada ahli bimbingan. Hasil laporan-laporan itu diolah bersama dengan murid. Sesudah pengolahan selesai, ahli bimbingan memberikan tanggapan yang bertujuan melengkapi atau menyempurnakan gagasan yang telah dikemukakan oleh murid. Tanggapan dari ahli bimbingan baik juga di catat oleh murid untuk dilihat kembali pada lain waktu.
1.      Pengertian Diskusi
Diskusi merupakan suatu percakapan atau pembicaraan antara dua orang atau lebih. Akan tetapi, tidak semua percakapan atau pembicaraan dapat disebut diskusi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, dengan maksud agar pembicaraan itu benar-benar bermanfaat dan berlangsung secara efektif.
Diskusi kelompok kecil ialah percakapan dalam kelompok yang memenuhi syara-syarat tertentu, yaitu :
a.       Melibatkan kelompok yang banyak anggotanya berkisar antara 3-9 0rang (5-9 orang).
b.      Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan), artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling mendengar serta berkomunikasi satu dengan yang lain.
c.       Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar anggota kelompok.
d.      Berlangsung menurut proses yang teratur, sistematis, menuju suatu kesimpulan.

2.      Penggunaan dalam kelas
Tujuan penggunaan diskusi kelompok dalam proses belajar-mengajar di kelas, disamping sebagai alat untuk mencapai tujuan instruksional, juga dimaksudkan untuk memperoleh berbagai keuntungan yang lain. Keuntungan-keuntungan itu antara lain siswa dapat saling bertukar informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka, dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir dan berkomunikasi, serta keterlibatannya dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dapat meningkat.
Penggunaan diskusi kelompok dalam tingkat sekolah dasar dan sekolah lanjut masih banyak memerlukan bimbingan dari guru. Pelaksanaan diskusi kelompok dikelas akan berlangsung secara efektif jika siswa memiliki keterampilan untuk melaksanakan diskusi, baik sebagai anggota kelompok maupun sebagai pemimpin kelompok.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan diskusi kelompok dapat berlangsung dengan tertib dan efektif, antara lain :
a.       Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka”
Diskusi hendaknya terjadi dalam suasana persahabatan yang ditandai oleh kehangatan hubungan antarpribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topic diskusi, keantusiasan berpartisipasi, serta kesediaan menghargai pendapat orang lain.
Iklim diskusi yang baim (terbuka) dapat diketahui dengan indikator-indikator sebagai berikut :
1)      Peserta diskusi mendengarkan dengan baik dan berusaha memahami apa yang dikatakan oleh orang lain dengan sungguh-sungguh.
2)      Kadang-kadang peserta diskusi meminta penjelasan,
3)      Menyodorkan atau meminta banyak fakta dan pengetahuan.
4)      Peserta diskusi memberikan pengalaman-pengalaman beserta contoh-contohnya.
5)      Mendukung atau menyatakan persetujuan.
6)      Peserta diskusi menentang atau menyangkal pendapat peserta yang lain.
7)      Peserta menyimpulkan hasil diskusi bersama-sama.
8)      Mencegah terjadinya perpecahan dalam kelompok
9)      Melaksanakan semua yang diputuskan dalam musyawarah.
b.      Kegiatan diskusi dapat berlangsung secara efektif jika didahului oleh perencanaan dan persiapan yang matang
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan persiapan diskusi, antara lain :
1)      Pemilihan topik
Topic yang dipilih hendanya sesuai dengan tujuan yang akan dicakup, dan minat serta kemampuan siswa juga bermakna bagi peningkatan kemampuan berfikir siswa. Pemilihan topik dapat dilakukan oleh guru sendiri, oleh guru bersama siswa, atau oleh siswa sendiri.
2)      Perumusan masalah
Masalah hendaknya yang mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban tunggal. Artinya, masalah itu mengandung berbagai macam jawaban yang benar. Perbedaannya hanya pada kadar atau tingkat kebenarannya, atau berbeda sudut pandang serta arah peninjauannya.
3)      Penyiapan informasi pendahuluan
Sediakan informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topic agar siswa memiliki latar belakang pengetahuan yang sama. Kegiatan pendahuluan ini dapat membaca artikel, mengadakan wawancara, observasi, menyaksikan film dan lain-lain.
4)      Penyiapan diri sebaik-baiknya sebagai pemimpin diskusi
Guru harus benar-benar siap sebagai sumber informasi, sebagai motivator, hingga kemudian mampu memberikan penjelasan, memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memotivasi siswa, memahami kesulitan yang dialami siswa, dan sebagainya.
5)      Penetapan besar kelompok siswa
Besar kelompok yang efektif berkisar 5-9 orang. Sebagai menentukan  besar kelompok, antara lain : pengalaman, kematangan dan keterampilan siswa, tingkat kekompakkan siswa, intensitas minat, latar belakang pengetahuan, dan keterampilan guru memimpin diskusi.
6)      Pengaturan tempat duduk
Tempat duduk harus diatur agar antara anggota-anggota kelompok dapat saling beradu pandang (tatap muka), serta pemimpin diskusi berada dalam posisi yang memungkinkan dia berhadapan muka dengan semua anggota kelompok.
c.       Pemanfaatan secara maksimal kekuatan/keuntungan diskusi
Kekuatan/keuntungan diskusi antara lain :
a)      Hasil keputusan kelompok lebih kaya (berasal dari berbagai sumber), dari pada hasil pemikiran individu.
b)      Anggota kelompok sering dimotivasi oleh kehadiran anggota kelompok lain.
c)      Anggota-anggota yang pemalu lebih bebas mengemukakan pendapat atau pikirannya dalam kelompok kecil.
d)     Anggota kelompok lebih merasa terikat dalam melaksanakan keputusan kelompok, karena mereka terlibat didalam proses pengambilan keputusan.
e)      Diskusi kelompok dapat meningkatkan pemahaman terhadap diri, maupun pemahaman terhadap orang lain.
d.      Menghindari atau mengurangi kelemahan-kelemahan diskusi kelompok
Kelemahan-kelemahan diskusi kelompok antara lain adalah :
a)      Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak dari pada cara belajar biasa.
b)      Dapat memboroskan waktu, terutama jika terjadi hal-hal negative seperti pengarahan yang kurang tepat, pembicaraan yang berlarut-larut, penyimpangan yang tidak ditegur, penampilan yang kurang baik.
c)      Anggota yang pendiam atau pemalu sering tidak mendapat kesempatan mengemukakan pendapatnya.
d)     Jika pemimpin kurang bijaksana, diskusi hanya didominasi oleh orang-orang tertentu.
3.      Komponen-komponen keterampilan
Dalam melaksanakan tugas sebagai pemimpin diskusi kelompok, perlu dimiliki enam macam keterampilan, yaitu :
a)      Memusatkan perhatian
b)      Memperjelas masalah
c)      Menganalisis pandangan siswa
d)     Mampu meningkatkan urunan siswa
e)      Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
f)       Menutup diskusi.

Hasibuan,dkk. 1998. proses belajar mengajar, remadja karya, cv. bandung 
W.S Winkel. 1989. bimbingan konseling di sekolah menengah, PT Gramedia, Jakarta

Kamis, 18 September 2014

ADMINISTRASI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Nama : Riyani Puspitasari
Kelas : BK 3A
Prodi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka




ADMINISTRASI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
A.   PENGANTAR
Agar pelaksanaan layanana bimbingan dan konseling disekolah dapat berjalan dengan teratur dan mencapai tujuan maka diperlukan adanya administrasi yang baik. Di dalam administrasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang kacau akan terjadi berbagai hambatan didalam memberikan berbagai bantuan, atau hambatan dalam layanan kepada para siswa yang mengalami masalah.
Dengan administrasi yang baik, teratur dan mantap setiap personil bimbingan dapat mengetahui posisinya masing-masing, baik itu berupa tugas, tanggung jawab maupun wewenang. Dengan memahami, mengetahui, dan melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenang yang dibebankan kepada masing-masing personil bimbingan, maka terciptalah suatu mekanisme kerja yang mantap.
Karena pada dasarnya pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah melibatkan banyak orang (team work), yaitu petugas/tenaga yang memiliki keahlian yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, maka di dalam mewujudkan mekanisme kerja pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang lancar perlu diciptakan bentuk-bentuk kerjasama yang harmonis diantara semua staf sekolah.

B.   ORGANISASI DAN ADMINISTRASI PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
Prinsip-prinsip Organisasi dan Administrasi Bimbingan
          Dalam merencanakan organisasi dan administrasi program bimbingan sejumlah prinsip-prinsip dasar perlu mendapat perhatian para petugas sekolah. Di antara prinsip-prinsip itu berikut ini yang terpenting :
a)     Program bimbingan yang efektif harus menghasilkan timbulnya suatu sikap pada anak yang dapat memahami dirinya sendiri, dapat membantu diri sendiri dan dapat mengarahkan diri sendiri dengan lebih baik.
b)    Program itu harus merupakan bagian yang vital dan integral dari pada keseluruhan program sekolah dan harus erat sekali berhubungan dengan kegiatan-kegiatan murid di rumah dan masyarakat.
c)     Program itu harus didasarkan pada minat, motif-motif yang mendesak dan tujuan-tujuan hidup murid.
d)    Program itu harus berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan perkembangan anak yang telah dipengaruhi oleh lingkungan serta factor-faktor lain.
e)     Program itu harus merupakan program yang kontinu (berlangsung terus) dan yang bertujuab melayani semua anak-anak sekolah, dan bukan hanya anak-anak yang bertingkah laku tidak baik saja.
f)      Program itu harus mudah dalam pengaturan dan tata laksananya.
g)     Program itu harus dipersiapkan untuk menemukan dan memecahkan berbagai masalah anak.
h)    Program itu harus merupakan usaha bersama semua anggota staf sekolah.
Prinsip-prinsip umum tersebut dikemukakan dengan maksud memberikan arahan yang baik bagi mereka yang menghendaki suatu organisasi program bimbingan yang fungsional.

C.   MEKANISME ATAU POLA KERJA ADMINISTRASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
Setelah mengetahui berbagai tipe, model, atau pola organisasi bimbingan serta jabatan fungsi, tugas dan tanggung jawab bagi para tenaga bimbingan dan konseling di sekolah, maka tugas selanjutnya adalah menetapkan mekanisme, pola kerja atau prosedur yang harus di tempuh dalam merencanakan dan melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Mekanisme kerja masing-masing tenaga bimbingan (guru, wali kelas, guru pembimbing, konselor/ koordinator BK, tenaga ahli, dan kepala sekolah) didalam mengumpulkan berbagai informasi, data, atau fakta, jalur-jalur mekanisme administrasi yang di laluinya berbeda-beda. Walaupun ada perbedaan jalur-jalur mekanisme administrasi yang di laluinya oleh masing-masing tenaga bimbingan, tetapi tetap menuju ke satu titik tujuan tertentu, yaitu pemecahan masalah yang di hadapi oleh siswa.
Mekanisme kerja administdirasi bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai berikut :
a)     Pada permulaaan memasuki sekolah dilakukan pencatatan data pribadi siswa dengan menyebarkan angket kepada masing-masing siswa tersebut. Bagi siswa yang melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMTP/SMTA) data pribadi yang telah diisi perlu di lengkapi dengan data nilai prestasi belajar sebelumnya, misalnya buku raport, ijazah/STTB baik waktu di SD maupun di SMTP, serta nilai testing masuk di kumpulkan sedemikian rupa. Apabila data yang telah masuk dari masing-masing siswa sudah dianggap cukup memadai atau lengkap, maka data-data itu kemudian dihimpun dalam satu file, maf, buku pribadi (kumulatif record) untuk masing-masing siswa secara teratur dan sistematis.
b)    Catatan kejadian siswa (catatan anekdot) tentang tingkah laku siswa dalam dikelas selama proses belajar mengajar berlangsung dibuat oleh guru bidang studi dan disampaikan kepada wali kelasnya. Catatan anekdot yang telah diterima dari masing-masing guru bidang studikemudian dihimpun dalam bentuk laporan observasi mingguan dan laporan observasi mingguan itu dimasukkan kedalam buku pribadi siswa (kumulatif record).
c)     Dari hasil laporan observasi yang telah disampaikkan oleh wali kelas dan kemudian dimasukkan dalam buku pribadi siswa oleh petugas administrasi bimbingan, dan seterusnya dipelajari oleh konselor (koordinator bimbingan) materi-materi yang dipelajari oleh konselor sering disebut dengan studi kasus (case study). Bila dipandang masalah itu cukup serius sehingga mendesak untuk ditangani. Maka siswa yang bersangkutan (kasus) dipanggil oleh konselor untuk diadakan konseling. Dari proses konseling yang telah diselenggarakan oleh konselor dianggap belum cukup memadai untuk memecahkan masalah siswa yang bersangkutan, maka perlu diadakan konferensi kasus (case conference). Penyelenggaraan konferensi kasus harus diketahui serta diikuti oleh kepala sekolah.
d)    Hasil sosiometri yang berupa sosiogram yang telah diselenggarakan oleh wali kelas dimasukkan kedalam buku pribadi siswa (kumulatif record) sebagai bahan studi kasus. Apabila dijumpai masalah-masalah yang menonjol yang dijumapi dalam sosiogram misalnya adanya siswa yang terisolir, maka konselor bisa secara langsung memanggil siswa yang bersangkutan untuk diadakan konseling.
e)     Hasil wawancara, daftar presensi, daftar nilai raport yang diselenggarakan oleh wali kelas dimasukkan kedalam kartu pribadi siswa.
f)      Hasil kunjungan rumah (home visit) yang diselenggarakan oleh wali kelas (guru pembimbing) disampaikan kepada konselor sekolah untuk dipakai sebagai bahan-bahan didalam rapat-rapat dengan kepala sekolah. Hasil-hasil laporan home visit yang telah disampaikan wali kelas/guru pembimbing oleh koordinator BK dihimpun dalam catatan kasus pribadi.
g)     Hasil pemeriksaan dari tenaga ahli, misalnya hasil pemeriksaan psikologis dari psikolog, hasil pemeriksaan fisik/kesehatan dari dokter dimasukkan kedalam buku pribadi siswa dan juga disampaikan kepada kepala sekolah untuk diketahui.
h)    Laporan bulanan kegiatan layanan BK disekolah dibuat oleh konselor sekolah (koordinator BK) secara tertulis dan kemudian disampaikan kepada kepala sekolah untuk diperiksa dan seterusnya dilaporkan kepada atasannya.
i)       Data-data, dan informasi yang berasal dari berbagai sumber dan telah dihimpun dalam buku pribadi siswa hendaknya diperiksa oleh kepala sekolah, sehingga terwujud suatu bentuk kerjasama antara kepala sekolah, koordinator, wali kelas/guru pembimbing dan guru bidang studi dalam mempelajari buku pribadi siswa serta menemukan dan memecahkan berbagai kasus yang dihadapi oleh para siswa.


Drs. Dewa Ketut Sukardi. 1983. organisasi administrasi bimbingan dan konseling disekolah, usaha nasional surabaya-indonesia.